Bontang, Menyebarnya berita hoax atau berita bohong di Dunia Maya sebenarnya bukan problema yang hanya terjadi di Indonesia. Bahkan, Amerika Serikat sekalipun mengalami masalah serius terkait penyebaran hoax di media sosial, terutama Facebook, Twitter dan Instagram.
Kasubbag Humas Polres Bontang Polda Kaltim Iptu Suyono menjelaskan seringkali penyebaran berita hoax berawal dari Facebook kemudian di Share ke Instagram atau sebaliknya juga melalui Twitter di Share ke Facebook atau sebaliknya dan dari Twitter di Share ke Instagram atau sebaliknya yang selanjutnya di Share ke Whatsapp, jelas Suyono.
Tindakan sederhana yang bisa kita lakukan agar tidak ikut-ikutan menyebarkan berita hoax ? Berikut beberapa tips yang bisa dijadikan bahan acuan antara lain :
Hati–hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah–ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat berita palsu itu.
Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggung jawabannya.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300.
Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya ? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri ? Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag–and–drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar–gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Ikut Dalam grup diskusi anti–hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti–hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup–grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya, apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Dengan adanya beberapa Tips diatas, diharapkan kita tidak ikut-ikutan bahkan menjadi pelaku Penyebaran Berita Hoax di Dunia Maya, pungkas Kasubbag Humas Polres Bontang Iptu Suyono.
Humas Polda Kaltim